Saturday, December 24, 2011

It Was Weird When Stranger Ask Your Phone Number

Saturday, December 24, 2011
Sebagian dari anda mungkin ada yang tidak tahu arti dari stranger tapi sebagian lainnya mungkin tahu, stranger atau bahasa Indonesianya orang asing, orang asing yang Saya maksud disini bukanlah bule atau bahasa Inggrisnya foreign (sekedar membedakan) melainkan orang yang tidak kita kenal.

Baru-baru ini, ketika Saya dan teman Saya hendak pergi kuliah menuju kampus Saya yang berada didaerah Jakarta Barat menggunakan bus Transjakarta, Saya bertemu dengan seorang Ibu paruh baya yang sejak awal memasuki bus sudah bawel dan banyak bicara mengajukan berbagai usul diantaranya mengatur shift bagi para sopir non-muslim untuk bersiap di tempat guna menggantikan para sopir yang beribadah, Saya yang duduk disebelah si Ibu dan dan mendengar berbagai usulan yang diutarakan si Ibu merasa bahwa usulan si Ibu itu  benar dan memang seharusnya diterapkan kepada para petugas bus Transjakarta, yang kebetulan pada saat itu mengalami keterlambatan karena para sopir bus dan kondektur bus sedang melakukan Sholat Jumat.
Tidak lama kemudian, bus pun melaju menuju halte pemberhentian pertama. si Ibu ini pun tidak berhenti ngoceh ke si petugas yang kebetulan duduk di samping sopir, sampai akhirnya bus berhenti di halte pertama dan si petugas yang diajak ngobrol oleh si Ibu ini keluar guna melanjutkan tugasnya, sambil pamit ke si Ibu si Peutgas melangkah keluar.
Bus pun melaju menuju halte pemberhentian berikutnya. Saya yang mendapatkan tempat duduk dan teman Saya yang kebetulan berdiri, saling berbincang disepanjang perjalanan menuju kampus, Tiba-tiba kaget ketika si Ibu ini menunjuk jaket yang di teman saya, lalu berkata, "kemarin anak saya mau beli jaket bahannya seperti ini, tapi saya bilang supaya beli yang Nike aja bahannya lebih bagus dan lebih tebel dari ini...". Saya dan teman saya yang awalnya bingung karena di ajak ngomong, baru kemudian menanggapi perkataan si Ibu itu.
Saya pun mulai mengajukan pertanyaan kepada si Ibu yang terlihat berpakaian rapi dan membawa tas bermerek ini, "Ibu kerja apa?", tanya saya. "Saya itu guru, penasehat dan advokasi juga.." tanggap si Ibu dan mulai berbicara panjang lebar mengenai profesinya itu, tak hanya profesi yang di ceritakannya, dia juga bercerita kalau dia punya hubungan dengan para pejabat dan para penasehat di komnas wanita dan untuk perlindungan TKI. Tanpa sempat bertanya dan menanggapi omongan si Ibu, si Ibu terus saja melanjutkan ceritanya itu, sampai akhirnya dia berbicara mengenai mesuji, sistem pemerintahan kita dan disiplin sampai membawa karma dan agama, "kalau diagama Buddha kan ada karma, kalau diagama Islam itu namanya Karmilia." jelasnya panjang lebar. Saya den teman saya juga tidak dapat mendengar dengan jelas beberapa omongan dari si Ibu itu, karena kebisingan yang tercipta dalam bus. Setelah selesai dengan berbagai ceritanya tersebut, si Ibu itu kemudian bertanya siapa nama saya dan teman saya, tak lupa Dia juga bertanya dimana Saya dan teman Saya kuliah. Si Ibu itu kemudian melanjutkan cerita tentang porno aksi dan pornografi karena pernah bertemu dengan mahasiswi dengan pakaian yang kurang sopan untuk pergi kuliah di salah satu perguruan tinggi di daerah jakarta selatan kalau tidak salah. Ketika saya hampir sampai tujuan, yakni halte Grogol. Si Ibu lalu bertanya nomor HP saya, saya yang semula tenang karena sudah merasa terbebas dari obrolan si Ibu yang panjang lebar tersebut kembali terkejut. Awalnya saya sontak menyebutkan nomor HP saya, namun ketika menyebutkan nomor-nomor terakhir dari nomor HP saya, langsung saja saya mengubah nomor tersebut, sehingga Saya tidak memberikan nomor HP asli saya kepada si Ibu. Teman Saya pun panik karena takut dimintai nomor HP nya juga, langsung saja Dia mengajak saya untuk cepat turun dan pergi dari tempat duduk saya, namun kondisi di jalan masih menunjukkan lampu merah sementara perhentian bus masih di Jelambar. "Tenang.. Tenang..", kata saya. Si Ibu terus saja menatap layar HP nya itu, sepertinya hendak menyimpan nomor HP yang Saya berikan, sampai tidak menghiraukan apa yang teman Saya dan Saya lakukan.
Sampailah kami di halte Grogol, cepat saja kami keluar. saya pun berkata pada teman saya, bahwa nomor HP yang saya berikan bukanlah nomor HP sesungguhnya.

Demikianlah pengalaman Saya hari itu, awalnya tidak curiga kemudian curiga karena dimintai nomor HP untuk alasan yang tidak jelas, si Ibu itu tidak berkata apa-apa waktu meminta nomor HP saya. Dan tanpa bertanya untuk apa saya langsung saja memberikan nomor HP palsu untuk keamanan diri saya sendiri.
Saya juga menghimbau kepada teman-teman sekalian yang membaca post Saya ini, untuk berhati-hati bila bertemu stranger seperti si Ibu ini, terutama para mahasiswi dan para perempuan yang masih duduk dibangku sekolah. Pasalnya banyak sekali kasus penipuan, hipnotis dan lainnya yang menimpa kaum remaja wanita belakangan ini, sehingga kita diminta harus selau waspada guna menanggapi situasi tersebut.

No comments:

Post a Comment

dBy | Cynthia Debby © 2014