Desa merupakan tempat, di mana kesederhanaan tinggal, kerjakeras di butuhkan, keramahtamahan di temukan, dan kesabaran menjadi nilai utama ketika hidup di desa. Tirip, desa indah di sebuah bukit, dengan jalan yang menanjak, lingkungannya hijau begitu asri. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan kicauan burung yang menambah merdu suasana. Selain itu, matahari yang terik bersinar seakan tertutup rindangnya pepohonan.
Aku tinggal bersama keluarga pak Niti Sutrisno, Beliau hanya tinggal bersama sang istri dirumahnya yang sederhana. Walawpun lantainya sudah berkeramik, namun kesederhanaan itu masih jelas terlihat dari system penerangan yang mereka gunakan. Siang hari, mereka tidak menyalakan lampu, mereka hanya memanfaatkan cahaya matahari yang masuk melalui kaca yang di selipkan di antara genting rumah. Tidak hanya itu, untuk memasak mereka menggunakan tungku dengan kayu bakar sebagai pengganti minyak tanah atau gas.
Ibu yang setiap harinya bekerja di panti asuhan harus berangkat pukul 6 pagi den menempuh perjalanan berkilo-kilometer jauhnya untuk sampai di tempat tujuan, Hmmh! Betapa hebatnya Ibu, Beliau sungguh tak kenal lelah. Tak berbeda jauh dengan Ibu, Bapa juga harus menempuh perjalanan turun naik guna mencari makan untuk kerbau dan kambing kesayangannya, Bapa memang tiada duanya, di usianya yang rentan masih sanggup Beliau melakukak pekerjaan yang melelahkan tersebut.
Indahnya tinggal di desa, tidak hanya dari segi estetika. Indahnya keramahan warga desa sangat terasa dimanapun kita berada. Setiap kaki melangkahdan berpapasan dengan warga desa selalu terucap kata “mau ke mana de ?” sekalipun mereka tidak mengenal kita, keakraban tersebut terjalin sangat hangat. Hal yang jarang terjadi di kota seperti Jakarta. warga desa benar-benar mengerti apa yang di maksud keramahtamahan. Tidak hanya keramahtamahan yang mereka tonjolkan. Inilah sesungguhnya kekeluargaan. Harta yang tidak pernah kita dapat ketika berada di kota metropolitan.
No comments:
Post a Comment